LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING
Ditujukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Orientasi Frofesi Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengempu : Siti
fatimah, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok : 12
1.Cahyana
[ 16010021 ]
PRODI
: BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH
TINGGI DAN KEGURUAN
DAN
ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI BANDUNG
(STKIP
SILIWANGI BANDUNG)
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahiim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Latar Belakang Perlunya Bimbingan Konseling”.
Sholawat
berserta salam semoga selamanya tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW karena beliaulah yang membawa kita dari alam kebodohan menuju alam
yang penuh ilmu pengetahuan .
Salah satu tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Bimbingan
Konseling“ penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Karena itu, saran dan kritikan maupun sumbangan
pikiran yang sifatnya membangundemi kesempurnaan isi makalah ini sangat penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
golongan. Amiin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Bandun,5
mei 2017
Penulis
(
CAHYANA )
DAFTAR
ISI
Halaman Judul...........................................................................
Kata Pengantar......................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN................................................... 3
A. Latar
Belakang .................................................. 3
B. Rumusan
Msalah ............................................... 3
C. Tujuan
Penulis ................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Latar
Belakang Perlunya Bimbingan Konseling 4
B. Urgensi
bimbingan dan konseling....................... 8
BAB III PENUTUP............................................................. 10
A. Simpulan.......................................................... 10
Daftar Pustaka....................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut pakar bimbingan, bimbingan yaitu suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.[1]
Sedangkan konseling merupakan bagian dari bimbingan,
baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling menurut Rochman Natawidjaja
yaitu satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
Konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana
konselor berusaha membantu konseling untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang
akan datang.[2]
Dalam
perkemabangan utamanya pendidikan, bimbingan konseling merupakan kegiatan yang
penting dalam mewujudkan keberhasilan atau suksesnya seseorang. Pandangan yang
sebelumnya menepatkan bahwa Bimbingan konseling itu sebagai satu-satunya sarana
untuk memberikan sanksi pada seorang pelajar yang bermasalah dalam lingkup
sekolah. Karena itu pada bagian ini untuk membahas pentingnya bimbingan
konseling dalam proses pembelajaran.
Dalam
bimbingan konseling ini diharapkan memiliki pemahaman yang baik terhadap bagian
penting dari proses pembelajaran, dan untuk mewujudkan hasil belajar yang
diharapkan. Seperti yang kita pelajari bersama bahwa belajar tidak hanya
dipahami melainkan juga senagai proses transfer pengetahuan. Pembelajaran
mendapat perlakuan yang luas, dapat menjadi wahana wahana untuk menumbuhkan
potensi-potensi melalui peran aktif mereka menuju perubahan yang lebih baik.
Dalam hal ini konselor diperlukan untuk mengupayakan kontruksi dalam mengembangkan
dimensi emosional seseorang agar mereka mampu menghadapi berbagai persoalan,
bersemangat , ulet, tekun, bertanggung jawab mampu menjalin sebuah komunikasi
yang baikterhadap lingkungan maupun teman. Semuanya ini merupakan akar emosi
yang menjadikan landasan untuk mencapai sukses yang diharapkan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian bimbingan konseling?
2.
Apa saja
yang melatarbelakangi diperlukannya bimbingan konseling?
3. Bagaimana penerapanny bimbingan konseling
dalam pelbagai bidang?
C. Tujuan Penulis
1.
Untuk mengetahui Faktor melatar
belakangi diperlukannya bimbingan konseling.
2. Untuk penerapannya bimbingan konseling dalam pelbagai bidang.
3.
Untuk mengetahui Latar belakang perlunya bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
belakang perlunya bimbingan dan konseling
Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan
diperlukannya bimbingan dan konseling:
1. Latar
belakang historis
Sejarah
tentang developing one’s potential (pengembangan potensi individu) dapat
ditelusiri masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya untuk
mengembangkan dan memperkuat individu melaui pendidikan, sehingga mereka dapat
mengisi peranannya dimasyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu
terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing kearah
tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat atau menguntungkan baik bagi dirinya
sendiri maupun masyarakat. Konselor yang terkenal di Yunani kuno adalah Plato,
karena dia telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman
psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan,
hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga menaruh perhatian terhadap
masalah-masalah:
a)
Bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melalui
asuhan atau pendidikan formal.
b)
Bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih
efektif.
c)
Teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia
dalam kemampuannya mengambil keputusan dan mengembangkan keyakinannya.
Konselor
yang lain diantaranya adalah Aristoteles (murid Plato), Hippocrates dan para
dokter lainnya yang menaruh perhatian pada bidang psikologi.[3]
2. Latar
belakang filosofis
Kata
filosofis atau filsafat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata yunani yang
berarti filosofia (philosophia). Filsafat artinya cinta terhadap
kebijaksanaan atu hikmah atau ingin mengerti segala sesuatu dengan mendalam.
John J. Pietrofesa et.al mengemukakan pendapat James Cribin tentang
prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan:
a)
Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan
kemuliaan dan harga diri individu dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b)
Bimbingan merupakan proses pendidikan yang
berkesinambungan artinya bimbingan merupakan bagian intergal dalam pendidikan.
c)
Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien
yang meminta bantuan atau pelayanan.
d)
Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi
kesehatan mental. Bimbingan dilaksanakan melaui kerjasama, dan masing-masing
bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
e)
Fokus bimbingan adalah membantu individu
merealisasikan potensi dirinya.
f)
Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat
individualisme, personalisasi dan sosialisai.[4]
Pemikiran
dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanaan bimbingan
dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor khususnya yaitu membantu konselor
dalam memahami situasi konseling dan dalam memberi keputusan yang tepat.[5]
3.
Latar belakang sosial budaya
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan
akan bimbingan:
a)
Perubahan konstelasi keluarga
Terkait
dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan
sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat
dan dramatis seperti peristiwa berikut ini:
1)
Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi
400%.
2)
Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah
berlipat ganda.
3)
Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda,
pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
4)
Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat
sekitar 300%.
5)
Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73
butir
6)
Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah
tindakan kekerasan (pemerkosaan).
7)
Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual
telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA.[6]
b)
Perkembangan pendidikan
Arah meluas
tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah
kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan
yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah
mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan
pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan
masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan
ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid
terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid
memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula
terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.[7]
c)
Dunia kerja
Dalam dunia
kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam
perubahan diantaranya sebagai berikut:
1) Semakin
berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak memilki ketrampilan.
2) Meningkatnya
kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki ketrampilan
teknik.
3) Berkembangnya
berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
4) Berkembangnya
perindustrian di berbagai daerah.
5) Berbagai
jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
6)
Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih
berusia muda dalam dunia kerja.
d)
Perkembangan metropolitan
Dampak
sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota
berkembang sebagai berikut:
1)
Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.
2)
Masalah pengangguran.
3)
Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan
lapangan kerja di kota.
4)
Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
5)
Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya
jumlah kebutuhan penduduk.
6)
Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan
meningkatnya angka kematian anak.
e)
Perkembangan komunikasi
f)
Seksisme dan rasisme
Seksisme
merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
yang lainya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu
dari ras yang lainnya.
g)
Kesehatan mental
h)
Perkembangan
teknologi
Timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan
struktur dan keadaan masyarakat:
1)
Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan
alat-alat mekanis-elektronik.
2)
Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru
yang menghendaki keahlian dan pendidikan khusus.
i)
]Kondisi moral dan keagamaan
j)
Kondisi sosial ekonomi.[8]
4.
Latar belakang religius
Landasan
religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai
makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan
dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya
mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.
Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi di dalamnya dimensi agama,
ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika sekarang ini. Perlunya
pengintegrasian nilai-nilai agama dalam konseling, Marsha Wiggin Frame
mengemukakan bahwa agama sepatutnya mendapat tempat dalam praktek-praktek
konseling atau psikoterapi, yang berdasarkan alasan:
a.
Mayoritas orang Amerika meyakini Tuhan dan mereka
banyak yang aktif mengikuti peribadatan.
b.
Terdapat tumpang tindih dalam nilai dan tujuan antara
konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membantu individu agar dapat
mengelola berbagai kesulitan hidupnya.
c.
Banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa keyakinan
beragama telah terkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental.
d.
Agama sudah sepatutnya diintegrasikan ke dalam
konseling dalam upaya mengubah pola pikir yang berkembang di akhir babad-20.
e.
Kebutuhan yang serius untuk mempertimbangkan konteks
dan latar balakang budaya klien, mengimplikasikan bahwa konselor harus
memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama dalam budaya.[9]
5.
Latar belakang psikologis
Peserta
didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di
samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan
tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier
(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi
bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas
perkembangan.[10]
B.
Urgensi bimbingan dan konseling
Ada
beberapa alasan dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang,
diantaranya:
1. Perkembangan
IPTEK.
Karena di era modern ini semakin
maju dan berkembang, sehingga antara manfaat dan kerugiannya sangat tipis perbedaannya.
Dampak perkembangan IPTEK ini sebagai berikut:
a.
Menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi
kehidupan seperti: sosial, budaya, politik, ekonomi, industri, dan lain
sebagainya.
b.
Berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan
pekerjaan tertentu.
c.
Timbul masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan
pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.
d.
Membawa dampak positif dan negatif, pertumbuhan
penduduk semakin kompleks masalahnya.
e. Berpengaruh
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga
pendidikan bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
(berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi. Sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat
diperlukan.[11]
2. Makna dan
fungsi pendidikan
Dalam konteks Islam, pendidikan
bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
membentuk manusia lebih berkualitas. Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya
kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik.[12]
3. Guru
Tugas utama guru selain sebagai
pengajar juga pembimbing. Fungsi sebagai pengajar dan pembimbing terintegrasi
dalam peran guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu:
a.
Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai
individu maupun kelompok.
b.
Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam
proses pembelajaran.
c.
Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa
dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
d. Membantu
(membimbing) setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
e.
Menilai keberhasilan siswa
Guru mewujudkan fungsi dan peran
seperti di atas merupakan suatu keniscayaan bagi setiap calon guru dan guru
untuk menguasi bimbingan dan konseling.[13]
4. Faktor psikologis
Terdapat perbedaan individual antara
siswa satu dengan yang lain. Masalah-masalah psikologis yang timbul pada siswa
menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis antara lain
melalui layanan dan bimbingan konseling. Beberapa masalah psikologis yang
menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling, diantaranya:
a.
Masalah perkembangan individu.
b.
Masalah perbedaan individu.
c.
Masalah kebutuhan individu.
d. Masalah
penyesuaian diri.
e.
Masalah belajar.[14]
Pada
hakikatnya manusia mengalami masalah-masalah yang kadang sulit untuk dipecahkan
sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Kalau orang terdekat misalnya
keluarga tidak dapat membantu maka dibutuhkan bimbingan dan konseling untuk
membantu memecahkan masalah tersebut.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
a)
Bimbingan dari kata guidance yang berarti
mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Faktor-faktor yang
melatarbelakangi perlunya bimbingan dan konseling, yaitu:
a.
Latar belakang historis
b.
Latar belakang filosofis
c.
Latar belakang sosial budaya
d.
Latar belakang religius
e.
Latar belakang psikologis
b)
Urgensi bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Adanya
perkembangan IPTEK
b. Makna dan
fungsi pendidikan
c. Guru
d. Faktor
psikologis
DAFTAR PUSTAKA
Ketut Sukardi, Dewa, dan Desak P.E. Nila Kusumawati. Proses
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Prayitno dan Erman Amti. Dasar–Dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.1999.
Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan
Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. Landasan
Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.
[1] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E.
Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), 2.
[2] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah, 4-5.
[3] Syamsu Yusuf dan A. Juntika
Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), 85-86